Resensi Buku - TENUN BIRU

Dari Janus untuk Ratna 

“… Warga perempuan dan anak-anak mulai ketakutan. Saat kondisi sudah terjepit, suata tembakan dari aparat kepolisian mengagetkan semuanya. Warga yang menyerang Desa Rawa Sampih berusaha bubar berlari mencari tempat persembunyian. Namun, tiba-tiba seseorang berlari sambil menusuk perut Ratna dengan pisau bergerigi. Ratna terempas. 
“Bu Ratna!” teriak warga. 
“Shit! Bangsat kalian!” Janus berlari mengejar orang yang menusuk Ratna dibantu beberapa warga. 
…” 

Satu kejadian di pengujung cerita novel Tenun Biru yang hampir saja mengubah semua rencana masa depan sepasang kekasih, Janus dan Ratna.


Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidikan bagus, pekerjaan mapan, serta selalu peduli dengan sekitarnya. Sedangkan Janus menjadi orang mapan dan punya segalanya karena nasib. Keduanya bertemu dengan segala perbedaan pandangan pikiran.

Namun, mereka harus menjalani kebersamaan memasuki tempat-tempat kumuh hingga pedalaman Indonesia: Dayak di Kalimantan, Karimunjawa, Kota Tua, Bali, Toraja, dan Desa Rawa Sampih.

Mengarungi perjalanan yang sulit. Berdua menggali nilai-nilai peradaban, bertemu dan berbagi ragam ilmu dengan anak-anak pelosok yang terpinggirkan. Terkadang harus mempertaruhkan keselamatan. Kisah di dalamnya membungkus kecantikan Indonesia dalam derap naluri dan nurani-sekalipun tanpa harus terikat pada komitmen.

Ketika sebuah tanya dimunculkan, pengakuan harus terungkap di antara keduanya. Ketika Ratna dan Janus saling menggenggam harapan dan jawaban, malam itu juga Janus harus melihat Ratna bersimbah darah di pangkuannya. Rasa yang kian melebur saat nadi perempuan itu kian lemah.

Tenun Biru karya Ugi Agustono J ini seolah merupakan catatan penulis dengan menjadikan tokoh utama novel ini, Janus dan Ratna, untuk menjawab problem kemanusiaan di Indonesia. Sebuah novel yang ditulis dengan cara khusus dan bertujuan mewartakan nilai-nilai hidup masyarakat, juga persoalan yang kita hadapi.

Novel dengan tebal 362 halaman ini, juga terasa seperti feature yang ditulis pandai sebagai fiksi. Penulis membawa kita berkelana keliling Indonesia. Deskripsi yang detail membuat kita merasa ikut hadir dalam perjalanan Ratna dan Janus serta menikmati keindahan tempat-tempat yang mereka singgahi. Di dalamnya, memuat kisah hidup dua insan yang mengharu-biru, sekaligus mengedukasi kita akan keragaman wisata negeri ini.

Menikmati novel ini, pembaca “dipaksa” untuk merunutnya dari awal kisah pertemuan para tokoh utama sampai kejadian menegangkan, Suatu Petang di Rawa Sampih. Bagaimana selanjutnya kisah dan perjalanan sepasang kekasih, Janus-Ratna? Akankah jiwa Ratna, yang telah memberikan Janus dan warga kehangatan sinar-- memeluk kesejukan, kembali tersenyum dan memberikan cahaya?



Judul : TENUN BIRU 
Penulis : Ugi Agustono J 
Editor : Hermawan Aksan 
Diterbitkan : Penerbit Nuansa Cendekia 
Cetakan I : November 2012 
Tebal : 362 halaman 
Jenis Cover : Soft Cover 
Dimensi : 14,5 x 21 cm 
ISBN: 978-602-8394-22-2 
Kategori : Novel 


Bandung, 4 Januari 2012 
Suro Prapanca 
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 6 Desember 2012

Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku - TENUN BIRU "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

banner 728x90

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel